Laporan Akhir Modul 4
Suntracker dengan Monitoring Intensitas dan Suhu Panel Surya
1. Pendahuluan[kembali]
Dalam era kebutuhan energi yang terus meningkat,
penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya menjadi salah satu solusi
yang semakin diminati. Panel surya adalah teknologi yang memanfaatkan sinar
matahari untuk menghasilkan energi listrik secara ramah lingkungan. Namun,
efisiensi panel surya sangat dipengaruhi oleh orientasi terhadap sinar matahari
dan kondisi operasional seperti suhu.Masalah utama yang sering dihadapi adalah posisi panel
surya yang statis, sehingga tidak dapat secara optimal mengikuti arah
pergerakan matahari sepanjang hari. Selain itu, suhu panel yang terlalu tinggi
dapat mengurangi efisiensi konversi energi. Kedua faktor ini dapat menurunkan
kinerja panel surya secara signifikan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan solusi
yang mampu meningkatkan efisiensi energi yang dihasilkan oleh panel surya.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sistem
suntracker otomatis. Sistem ini memungkinkan panel surya untuk mengikuti arah
pergerakan matahari secara dinamis, serta dilengkapi dengan monitoring
intensitas cahaya matahari dan suhu panel untuk mengoptimalkan kinerja dan
memantau kondisi operasional panel surya.
Dengan adanya sistem suntracker yang dilengkapi
monitoring, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi energi yang dihasilkan,
mengurangi kerugian daya, dan memaksimalkan potensi energi matahari. Selain
itu, solusi ini juga dapat membantu dalam pemeliharaan panel surya dengan
memantau parameter penting secara real-time.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami mengajukan
rancangan dan demonstrasi prototipe “Suntracker dengan Monitoring Intensitas
dan Suhu Panel Surya” yang diharapkan menjadi solusi bagi permasalahan
efisiensi energi pada sistem panel surya.
2. Tujuan [kembali]
Tujuan dari rancangan yang dilakukan adalah:- Untuk merancang dan membangun prototipe sistem suntracker
yang mampu mengoptimalkan orientasi panel surya terhadap arah sinar matahari
secara otomatis.
- Untuk mengembangkan sistem monitoring intensitas cahaya
matahari dan suhu panel surya guna memastikan kondisi operasional yang optimal
dan meningkatkan efisiensi energi.
- Untuk menguji efektivitas dan efisiensi sistem suntracker dalam
meningkatkan produksi energi serta mengurangi risiko kerusakan panel akibat
suhu berlebih.
3. Alat dan bahan [kembali]
Masalah utama yang sering dihadapi adalah posisi panel surya yang statis, sehingga tidak dapat secara optimal mengikuti arah pergerakan matahari sepanjang hari. Selain itu, suhu panel yang terlalu tinggi dapat mengurangi efisiensi konversi energi. Kedua faktor ini dapat menurunkan kinerja panel surya secara signifikan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan solusi
yang mampu meningkatkan efisiensi energi yang dihasilkan oleh panel surya.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sistem
suntracker otomatis. Sistem ini memungkinkan panel surya untuk mengikuti arah
pergerakan matahari secara dinamis, serta dilengkapi dengan monitoring
intensitas cahaya matahari dan suhu panel untuk mengoptimalkan kinerja dan
memantau kondisi operasional panel surya.
Dengan adanya sistem suntracker yang dilengkapi
monitoring, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi energi yang dihasilkan,
mengurangi kerugian daya, dan memaksimalkan potensi energi matahari. Selain
itu, solusi ini juga dapat membantu dalam pemeliharaan panel surya dengan
memantau parameter penting secara real-time.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami mengajukan rancangan dan demonstrasi prototipe “Suntracker dengan Monitoring Intensitas dan Suhu Panel Surya” yang diharapkan menjadi solusi bagi permasalahan efisiensi energi pada sistem panel surya.
- Untuk merancang dan membangun prototipe sistem suntracker yang mampu mengoptimalkan orientasi panel surya terhadap arah sinar matahari secara otomatis.
- Untuk mengembangkan sistem monitoring intensitas cahaya matahari dan suhu panel surya guna memastikan kondisi operasional yang optimal dan meningkatkan efisiensi energi.
- Untuk menguji efektivitas dan efisiensi sistem suntracker dalam meningkatkan produksi energi serta mengurangi risiko kerusakan panel akibat suhu berlebih.
1 . Raspberry
Pi Pico
Gambar 1.1 Raspberry Pi Pico
2. Kabel
Jumper
Gambar 1.2 Kabel Jumper
3. Baterai
Li-ion 3.7 V
Gambar 1.3 Baterai 3.7 V
4. Bread
Board
Gambar 1.4 Bread Board
5. Motor
Servo SG90
Gambar 1.5 Motor servo sg90
6. Sensor
Arus ACS712
Gambar 1.6 Sensor Arus ACS712
7. Sensor
Suhu LM35DZ
Gambar 1.7 Sensor Suhu LM35DZ
8. Sensor
Touch
Gambar 1.8 Sensor Touch
9. LED
Merah
Gambar 1 .9 LED Merah
10. OLED
0.96” Display
Gambar 1.10 OLED 0.96” Display
11. Resistor
|
|
Gambar 1.11 Resistor
12. Sensor Cahaya LDR
Gambar 1.12 Sensor Touch
13. Panel
Surya 1.1 Watt (5V 220 mA)
Gambar 1.13 Sensor Rain
14. Kabel
tunggal
Gambar 1.14 Sensor LDR
15. Kabel
serabut
Gambar 1.15 Sensor DHT 11
16. Charger
Module (TP4056)
Gambar 1.16 Charger Module (TP4056)
1. Sensor
Touch
Sensor touch adalah sebuah perangkat
sensor elektronik yang dapat mendeteksi adanya sentuhan atau interaksi fisik.
Selain itu, sensor touch dapat menangkap kedekatan tertentu tanpa interaksi
langsung atau kontak fisik. Sensor touch ini akan merubah perubahan
kapasitansi, resistansi, atau medan listrik yang terjadi akibat sentuhan
menjadi sinyal listrik yang dapat diproses oleh mikrokontroler atau rangkaian
elektronik lainnya
Gambar 2. 1 Sensor
Touch
Prinsip kerja dari sensor touch ialah dengan mengukur
perubahan kapasitansi pada permukaan sensor saat ada sentuhan. Tubuh manusia berfungsi
sebagai konduktor, mempengaruhi kapasitansi pada area yang disentuh. Sensor
Touch TTP223 memiliki pad sensing yang terbuat dari bahan konduktif. Ketika
tidak ada sentuhan, kapasitansi antara pad sensing dan ground adalah rendah.
Namun, ketika ada sentuhan, kapasitansi antara pad sensing dan ground akan
meningkat. Sensor Touch TTP223 mengeluarkan sinyal output digital yang
menunjukkan adanya sentuhan.
Karakteristik Spesifikasi Sensor Touch Berdasarkan
Datasheet
·
Tegangan Operasi: Nilai: 2.0V hingga 5.5V DC
·
Konsumsi Daya: Nilai: < 1.5 µA (mode standby), < 8 µA (mode
operasi)
·
Output: Jenis: Sinyal digital
§ Tegangan
Tinggi: 0.8 * VCC (maksimal)
§ Tegangan
Rendah: 0.3 * VCC (maksimal)
· Response Time:
- Mode fast response:
Sekitar 220 ms
- Mode low power: Sekitar 60
ms
·
Sensitivitas: Kapastansi yang Disarankan: 0.1 μF hingga 50 pF untuk sensitivitas yang berbeda
· Mode Operasi:
- Mode Touch: Ketika
disentuh, output berubah (tinggi/rendah)
- Mode Toggle: Ketika
disentuh sekali, output berubah (tetap tinggi/rendah) sampai disentuh
kembali
· Suhu Operasional: -30°C hingga
85°C
·
Dimensi Fisik: Ukuran Modul: 2.4 cm x 2.4 cm (modul breakout TTP223)
Gambar 2. 2 Grafik Respon Sensor
Touch
2. Sensor
ACS712
Sensor arus ACS712, atau sensor arus
berbasis efek Hall, adalah sebuah perangkat elektronik yang digunakan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya aliran arus listrik (AC atau DC) dan mengukur
besar arus tersebut dalam suatu rangkaian tertentu, yang dapat difungsikan
dalam segala macam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan singkat kata,
sensor ini dapat digunakan untuk memantau kondisi dan besaran arus listrik yang
mengalir di suatu sistem, yang di mana output dari sensor ini berupa sinyal
analog yang proporsional dengan besar arus yang dideteksi.
|
|
Gambar 2. 3 Sensor
ACS712
Sensor arus ACS712 dioperasikan dengan catu daya tunggal
5V yang stabil ke pin VCC dan GND, didukung oleh kapasitor deskupling 0.1 uF
untuk stabilitas. Arus yang akan diukur (baik AC maupun DC) dilewatkan secara
seri melalui pin-pin konduktor primer (Pin 1-4) yang memiliki resistansi
internal rendah dan terisolasi secara elektrik dari bagian sinyal. Sensor
kemudian menghasilkan tegangan output analog pada pin VOUT yang secara
langsung proporsional dengan besarnya arus terdeteksi, dengan sensitivitas yang
telah dikalibrasi pabrik. Pin FILTER (Pin 6) digunakan bersama dengan kapasitor
eksternal (CFILTER, misal 1nF) untuk mengatur bandwidth atau menambahkan
filter low-pass pada sinyal output, guna mengurangi noise dan mendapatkan
pembacaan yang lebih halus dan stabil.
Sensor
arus ACS712 memanfaatkan prinsip Efek Hall: arus listrik yang diukur mengalir
melalui konduktor tembaga internal berresistansi rendah, menciptakan medan
magnet. Medan magnet ini dideteksi oleh elemen Hall presisi di dalam chip, yang
mengubahnya menjadi Tegangan Hall proporsional. Tegangan Hall ini kemudian
diperkuat dan diproses oleh sirkuit internal untuk menghasilkan tegangan output
analog yang akurat dan linier, merepresentasikan besar arus AC maupun DC yang
terdeteksi. Sensor ini dikalibrasi pabrik untuk akurasi dan stabilitas, serta
dilengkapi isolasi elektrik antara jalur arus dan sirkuit sensor untuk
penggunaan yang aman.
Karakteristik Operasi Umum:
·
Tegangan
Suplai (VCC): Minimum 4.5 V, Tipikal 5.0 V, Maksimum 5.5 V
·
Arus
Suplai (ICC): Tipikal 10 mA, Maksimum 13 mA (pada VCC=5.0 V, output
terbuka)
·
Resistansi
Konduktor Primer (RPRIMARY): Tipikal 1.2 mΩ (pada TA=25∘C)
·
Waktu
Naik (tT): Tipikal 3.5 μs
·
Bandwidth
Frekuensi (f): Tipikal 80 kHz (-3 dB, pada TA=25∘C, IP adalah 10 A puncak-ke-puncak)
·
Nonlinearitas
(ELIN): Tipikal 1.5% (pada seluruh rentang IP)
·
Tegangan
Output Arus Nol (VIOUT(Q)): Tipikal VCC×0.5 V (Bidireksional;
IP=0 A, pada TA=25∘C)
Karakteristik Kinerja x05B (Untuk rentang ±5A):
·
Rentang
Akurasi yang Dioptimalkan (IP): ±5 A
·
Sensitivitas
(Sens): Minimum 180 mV/A, Tipikal 185 mV/A, Maksimum 190 mV/A (pada seluruh
rentang IP, TA=25∘C)
·
Total
Kesalahan Output (ETOT): Tipikal ±1.5% (pada IP=±5 A, TA=25∘C)
Gambar 2. 4 Grafik Respon Sensor
ACS712
Grafik
menunjukkan hubungan tegangan output
sensor (VIOUT) dengan arus yang dideteksi (IP) pada berbagai suhu ambien
(TA), dengan catu daya VCC=5V. Sensor ACS712
memberikan output tegangan analog yang akurat dan linier, berbanding lurus
dengan arus AC atau DC yang dideteksi, dan memiliki stabilitas yang baik
terhadap perubahan suhu.
3. Sensor
LDR
Sensor LDR (Light Dependent Resistor)
merupakan salah satu komponen elektronika yang masuk ke dalam keluarga resistor
yang dimana nilai resistansinya dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Sensor LDR
memiliki nilai resistansi yang dapat berubah-ubah tergantung pada intensitas
cahaya yang mengenainya. Semakin terang cahaya yang mengenai sensor, semakin
rendah nilai resistansinya. Sebaliknya, semakin redup cahaya yang mengenai
sensor, semakin tinggi nilai resistansinya.
Gambar 2. 5 Sensor LDR
Prinsip kerja sensor LDR mirip dengan variabel resistor.
Semakin banyak cahaya yang mengenai LDR, nilai resistansinya akan turun.
Sebaliknya, semakin sedikit cahaya yang mengenai LDR, nilai resistansinya akan
meningkat.
Karakteristrik spesifikasi Sensor LDR
berdasarkan Datasheet :
·
Supply: 3.3 V - 5 V (tersedia untuk Arduino)
·
Tipe Output: Output Digital (0 dan 1)
·
Output Terbalik
·
Termasuk IC LM393 voltage comparator
· Sensitivitas
dapat diatur
· Dimensi
PCB: 3.2 cm x 1.4 cm
· Rentang
Resistansi/Tahanan: 10Ω sampai 100KΩ
· Tegangan
Maksimum (DC): 150V
· Konsumsi
Arus Maksimum: 100mW
· Puncak
Spektral: 540nm (ukuran gelombang cahaya)
· Waktu
Respon Sensor: 20ms - 30ms
· Suhu
Operasi: -30° Celsius - 70° Celsius
Gambar 2. 6 Grafik Respon Sensor LDR
4. Sensor
Suhu LM35DZ
Sensor suhu LM35 adalah sensor suhu
sirkuit terintegrasi presisi yang dirancang khusus untuk memberikan tegangan
output yang secara linier proporsional dengan suhu dalam derajat Celcius.
Fungsi utamanya adalah mendeteksi dan mengukur suhu lingkungan secara akurat,
kemudian mengubahnya menjadi sinyal tegangan analog yang mudah dibaca oleh
perangkat lain seperti mikrokontroler atau sistem kontrol. Sensor ini memiliki
keunggulan dibandingkan sensor suhu linier yang dikalibrasi dalam Kelvin,
karena pengguna tidak perlu mengurangi tegangan konstan yang besar dari
outputnya untuk mendapatkan skala Celcius yang nyaman.
Gambar 2. 7 Sensor Suhu LM35DZ
Prinsip kerjanya didasarkan pada karakteristik dioda atau
transistor yang sensitif terhadap suhu, di mana perubahan suhu menyebabkan
perubahan tegangan pada elemen internal sensor. Perubahan tegangan ini kemudian
diproses dan diskalakan oleh sirkuit terintegrasi di dalam LM35 untuk
menghasilkan output tegangan yang tepat 10 mV per derajat Celcius, dengan titik
0 Volt pada 0 derajat Celcius. Hal ini memungkinkan pembacaan suhu yang
langsung dan akurat tanpa memerlukan kalibrasi atau penyesuaian eksternal yang
rumit.
Karakteristik Sensor Suhu LM35
(Berdasarkan Datasheet):
· Output
Linier: Tegangan output berbanding lurus secara linier dengan suhu Celcius
(Centigrade).
· Sensitivitas:
Memiliki faktor skala linier sebesar 10 mV/∘C.
· Kalibrasi
Pabrik: Tidak memerlukan kalibrasi atau penyesuaian eksternal, karena sudah
dikalibrasi dari pabrik.
· Akurasi:
Akurasi tipikal ±41∘C
pada suhu kamar (25∘C)
dan ±43∘C
pada rentang suhu penuh ($ -55^{\circ}C$ hingga +150∘C).
· Rentang
Suhu Operasi:
o
LM35 Series: −55∘C hingga
+150∘C.
o
LM35C Series: −40∘C hingga
+110∘C (−10∘C dengan akurasi yang ditingkatkan).
· Konsumsi
Arus Rendah: Hanya menarik sekitar 60 μA dari catu daya.
· Pemanasan
Diri Rendah (Self-Heating): Kurang dari 0.1∘C di udara diam karena konsumsi daya yang sangat rendah.
· Impedansi
Output Rendah: Impedansi output rendah mempermudah antarmuka dengan sirkuit
pembacaan atau kontrol.
· Catu
Daya: Dapat digunakan dengan catu daya tunggal atau catu daya positif dan negatif
(untuk pengukuran suhu di bawah 0∘C).
· Kompensasi
Non-Linearitas: Non-linearitas dikompensasi secara elektronik.
· Proteksi
Arus Lebih: Output dilindungi dari arus lebih.
Gambar 2. 8 Grafik
Sensor LM35DZ
Gambar 2. 9 Diagram
Koneksi Sensor Suhu LM35DZ
5. Raspberry
Pi Pico
Mikrokontroler RP2040 adalah chip
mikrokontroler berkinerja tinggi dan berbiaya rendah yang dirancang oleh
Raspberry Pi Ltd., berfungsi sebagai otak dari papan pengembangan populer
seperti Raspberry Pi Pico. Fungsinya sangat luas, mencakup kontrol perangkat
keras, pemrosesan data real-time, dan komunikasi dengan berbagai periferal,
menjadikannya ideal untuk aplikasi IoT, robotika, otomatisasi, hingga proyek-proyek
embedded yang membutuhkan kecepatan dan fleksibilitas.
Gambar 2. 10 Raspberry Pi Pico
Prinsip
kerjanya berpusat pada dua inti prosesor ARM Cortex-M0+ yang efisien,
memungkinkan eksekusi kode secara paralel dan pemrosesan instruksi yang cepat.
Selain itu, RP2040 dilengkapi dengan sistem DMA (Direct Memory Access) yang
canggih untuk transfer data efisien tanpa intervensi CPU, serta PIO
(Programmable I/O) yang inovatif, memungkinkan emulasi berbagai antarmuka
periferal khusus dan kontrol pin I/O secara tepat dan deterministik, bahkan
untuk timing yang ketat. Ini semua didukung oleh memori on-chip yang melimpah
dan beragam periferal standar industri untuk interaksi dengan dunia luar.
Karakteristik Spesifikasi Mikrokontroler
RP2040 (Berdasarkan Datasheet):
· Prosesor:
Dual-core ARM Cortex-M0+ @ 133MHz.
· SRAM
(Internal): 264KB multi-bank high-performance SRAM.
· Flash
(Eksternal): Mendukung hingga 16MB Flash memori QSPI eksternal di luar chip.
· DMA
(Direct Memory Access): Pengontrol DMA penuh.
· Interpolator
dan Divider: Periferal interpolator dan integer divider on-chip.
· GPIO
(General Purpose Input/Output): Hingga 30 pin GPIO multifungsi, dengan 4 di
antaranya dapat digunakan sebagai input ADC.
· ADC
(Analog-to-Digital Converter): 12-bit ADC dengan 8 saluran, beroperasi hingga
500.000 sampel per detik.
· Sensor
Suhu On-Chip: Sensor suhu terintegrasi.
· Periferal
Hardware:
o
2 × UART (Universal Asynchronous
Receiver/Transmitter).
o
2 × SPI (Serial Peripheral Interface).
o
2 × I2C (Inter-Integrated Circuit).
o
16 × PWM (Pulse Width Modulation) channels.
o
USB 1.1 Host/Device.
· PIO
(Programmable I/O): 8 × PIO state machines, menyediakan I/O yang dapat
diprogram untuk implementasi periferal kustom.
· Timer: 4
timer dengan penghitung 1 us.
· Catu
Daya: Catu daya tunggal 3.3V (untuk chip).
· Boot
ROM: Boot ROM dengan fungsi USB mass-storage UF2.
Gambar 2. 11 Pinout Raspberry Pi Pico
Penjelasan mengenai pin-pin tersebut:
- GPIO (General
Purpose Input/Output) - Pin 1, 2, 3, dst.:
- Ini adalah
pin serbaguna yang paling banyak jumlahnya.
- Fungsi
utamanya dapat diatur sebagai input (menerima sinyal dari sensor atau
tombol) atau output (mengirim sinyal untuk mengontrol LED, motor, dan
lain-lain).
- Pin-pin ini
juga memiliki fungsi alternatif (multiplexed functions) seperti:
- UART: Untuk komunikasi serial (Tx/Rx).
- SPI: Untuk
komunikasi serial cepat dengan perangkat lain (misal sensor, layar).
- I2C: Untuk
komunikasi dengan perangkat yang menggunakan protokol I2C (misal sensor,
RTC).
- PWM (Pulse
Width Modulation): Untuk mengontrol kecepatan motor, kecerahan LED, atau
menghasilkan sinyal analog semu.
- ADC
(Analog-to-Digital Converter): Beberapa pin GPIO (biasanya GP26, GP27,
GP28) dapat membaca sinyal analog dari sensor.
- Power Pins:
- VBUS: Pin
ini menyediakan tegangan 5V saat Pico ditenagai melalui USB.
- VSYS: Pin
input daya utama untuk board, biasanya 3.3V, atau dapat digunakan untuk
memonitor tegangan sistem.
- 3V3: Pin
output regulator 3.3V onboard, digunakan untuk memberi daya pada
periferal eksternal.
- GND
(Ground): Pin referensi umum untuk semua tegangan (titik nol). Ada banyak
pin GND yang tersebar di sepanjang board untuk memudahkan koneksi.
- Debug/Programming
Pins:
- SWD (Serial
Wire Debug): Pin-pin ini (SWCLK, SWDIO) digunakan untuk debugging program
pada mikrokontroler RP2040. Ini penting saat mengembangkan firmware.
- RUN: Pin
ini dapat digunakan untuk mereset atau menjalankan ulang mikrokontroler.
- Misc. Pins:
- AGND (Analog
Ground): Ground terpisah untuk bagian ADC untuk mengurangi noise.
- VREF: Pin
referensi tegangan untuk ADC (biasanya terhubung ke 3V3).
- LED:
Biasanya terhubung ke LED onboard (jika ada, pada Pico standar terhubung
ke GP25).
6. Motor
Servo SG90
Motor servo SG90 adalah motor kecil,
ringan, dan berdaya output tinggi yang dapat berputar sekitar 180 derajat (90
derajat ke setiap arah dari posisi tengah), menjadikannya sangat populer dalam
proyek elektronik dan robotika skala kecil. Fungsinya adalah untuk memberikan
gerakan rotasi yang presisi dan terkontrol ke posisi sudut tertentu, seringkali
digunakan dalam aplikasi seperti menggerakkan lengan robot, membuka/menutup
mekanisme kecil, mengarahkan sensor, atau mengendalikan permukaan kontrol pada
model pesawat.
Gambar 2. 12 Motor Servo
Prinsip
kerjanya didasarkan pada modulasi lebar pulsa (PWM). Motor servo SG90 menerima
sinyal PWM dari mikrokontroler melalui salah satu dari tiga kabelnya (sinyal,
daya, dan ground). Lebar pulsa pada sinyal ini (biasanya antara 1 milidetik
hingga 2 milidetik) menentukan posisi sudut yang diinginkan oleh motor. Di
dalam servo, terdapat motor DC kecil, serangkaian gigi reduksi untuk
meningkatkan torsi, dan sirkuit kontrol elektronik yang membandingkan posisi
aktual poros motor (melalui potensiometer internal) dengan posisi yang
diperintahkan oleh sinyal PWM. Sirkuit kontrol ini kemudian menggerakkan motor
hingga posisi aktual sesuai dengan perintah, lalu menahan posisi tersebut.
Pulsa 1.5 ms umumnya memposisikan motor di tengah, sementara pulsa 1 ms
menggerakkan ke satu ekstrem dan 2 ms ke ekstrem lainnya.
Karakteristik Spesifikasi Motor Servo SG90
(Berdasarkan Datasheet):
·
Berat: 9 gram.
·
Dimensi: Sekitar 22.2×11.8×31 mm.
·
Torsi Stall (Stall Torque): Umumnya sekitar 1.8 kgf.cm
(kilogram-force per centimeter) pada 4.8V (beberapa datasheet mungkin
mencantumkan 1.5 kgf.cm atau 2.0 kgf.cm pada 4.8V/6V).
·
Kecepatan Operasi (Operating Speed): Umumnya sekitar
0.1 detik/60 derajat pada 4.8V (beberapa datasheet mungkin mencantumkan 0.09
s/60deg atau 0.12 s/60deg pada 4.8V/6V).
·
Tegangan Operasi (Operating Voltage): 4.8 V hingga 6 V
(nilai tipikal 4.8V atau ~5V).
·
Lebar Dead Band (Dead Band Width): Umumnya 10 μs
(mikrodetik) atau 7 μs. Ini adalah rentang pulsa di mana servo tidak akan
bereaksi terhadap perubahan sinyal, untuk mencegah osilasi.
·
Rentang Suhu Operasi: 0∘C hingga 55∘C.
·
Rotasi Maksimum: Dapat berputar sekitar 180 derajat (90
derajat ke setiap arah dari posisi tengah).
·
Modulasi: Analog (dikontrol dengan sinyal PWM).
·
Panjang Kabel: Sekitar 260 mm.
·
Kelengkapan: Dilengkapi dengan 3 buah horn (lengan)
dan perangkat keras pendukung.
Gambar 2. 13 Diagram Pinout dari
Motor Servo SG90
Diagram ini menunjukkan tiga kabel standar yang umumnya ditemukan
pada motor servo SG90, masing-masing dengan warna dan fungsi spesifiknya. Kabel
cokelat (Brown) adalah Ground (GND), berfungsi sebagai titik referensi negatif
untuk catu daya dan sinyal kontrol, dan harus dihubungkan ke ground pada
mikrokontroler atau sumber daya. Kabel merah (Red) adalah pin Power (VCC), yang
berfungsi untuk menyediakan catu daya positif ke motor servo, dengan rentang
tegangan operasi yang disarankan antara 4.8V hingga 6V. Terakhir, kabel oranye
(Orange) adalah pin Signal (PWM), yang menerima sinyal Modulasi Lebar Pulsa
(PWM) dari mikrokontroler. Lebar pulsa pada sinyal inilah yang menginstruksikan
servo untuk bergerak ke posisi sudut tertentu dalam rentang rotasinya (umumnya
0 hingga 180 derajat), dengan durasi pulsa 1.5 milidetik biasanya menempatkan
poros servo di posisi tengah. Dengan demikian, ketiga kabel ini esensial untuk
memberi daya pada servo dan mengontrol gerakan sudutnya secara presisi.
7. Kabel
Jumper
Kabel jumper adalah kabel elektrik yang
memiliki pin konektor di setiap ujungnya dan digunakan untuk menghubungkan dua
komponen dalam rangkaian elektronik tanpa perlu menggunakan solder. Kabel
jumper ini berfungsi sebagai konduktor listrik yang menyambungkan rangkaian
listrik antara komponen-komponen yang terlibat.
Gambar 2. 13 Jumper
Prinsip kerja kabel jumper sangat sederhana. Kabel jumper
bekerja dengan menghantarkan arus listrik dari satu komponen ke komponen lain
yang dihubungkan. Di dalam kabel jumper terdapat konduktor listrik kecil yang
berfungsi untuk menghantarkan listrik dari satu ujung kabel ke ujung kabel
lainnya.
8. Bread
Board
Breadboard juga dikenal sebagai papan coba, papan
pelompat, atau prototyping board adalah
salah satu komponen elektronika yang digunakan untuk menyusun rangkaian
elektronika tanpa perlu melakukan penyolderan. Dengan menggunakan breadboard
maka dapat dengan mudah menempatkan dan menyusun piranti atau komponen-komponen
elektronika menjadi rangkaian elektronika yang fungsional
Gambar 2. 14 Bread Board
Prinsip kerja bread board ialah setiap
lima lubang berturut-turut pada baris yang sama dihubungkan bersama. Kolom
vertikal besar dengan garis merah dan kolom vertikal berdekatan lainnya dengan
garis biru atau hitam juga terhubung. Untuk menghubungkan dua kelompok lubang,
diperlukan kabel jumper yang disusun secara khusus. Terdapat dua pasang jalur
pada bagian atas dan bawah yang terhubung secara horizontal sampai bagian
tengah. Jalur ini berfungsi sebagai jalur catu daya (power) dan jalur sinyal.
Bagian tengah breadboard digunakan sebagai lokasi perakitan komponen.
9. Baterai
Li-ion 3.7 Volt
Baterai Li-ion (Lithium-ion) 3.7 Volt,
seperti model 18650-2200mAh ini, adalah jenis baterai isi ulang yang sangat
populer karena kepadatan energi yang tinggi, tegangan nominal yang relatif
tinggi (3.7V), dan kemampuan untuk menyimpan energi dalam volume yang kecil.
Fungsi utamanya adalah sebagai sumber daya portabel untuk berbagai perangkat
elektronik, mulai dari laptop, ponsel, senter, power bank, hingga kendaraan
listrik.
Prinsip kerjanya melibatkan pergerakan
ion lithium antara elektroda positif (katoda, biasanya terbuat dari bahan
seperti lithium cobalt oxide, lithium manganese oxide, atau lithium nickel
manganese cobalt oxide) dan elektroda negatif (anoda, biasanya terbuat dari
grafit) melalui elektrolit cair. Saat baterai diisi daya, ion lithium bergerak
dari katoda menuju anoda dan tersimpan di sana. Saat baterai digunakan
(pengosongan), ion lithium bergerak kembali dari anoda ke katoda, menghasilkan
aliran elektron di sirkuit eksternal yang kita kenal sebagai arus listrik. Proses
ini sangat efisien, memungkinkan baterai menyimpan dan melepaskan energi dengan
baik, serta dapat diisi ulang berkali-kali.
Gambar 2. 15 Baterai Li-ion 3.7 Volt
Karakteristik Spesifikasi Baterai
Li-ion 18650-2200mAh 3.7V (Berdasarkan Datasheet Velog d.o.o.):
·
Tipe Sel:
Lithium-ion Rechargeable cell (sel isi ulang Lithium-ion).
·
Model: 18650-2200mAh-3.7V.
·
Tegangan
Nominal (Nominal Voltage): 3.7 V.
·
Kapasitas
Nominal (Nominal Capacity): 2200 mAh (pada pengosongan 0.5C pada 25∘C).
·
Tegangan
Pengisian (Charge Voltage): 4.20 ± 0.03 V.
·
Tegangan
Akhir Pengosongan (Discharge Cut-off Voltage): 2.5 V.
·
Metode
Pengisian Standar:
o
Pengisian Arus Konstan (CC) 0.5 CA (1100mA) hingga
tegangan sel 4.2V.
o
Kemudian Pengisian Tegangan Konstan (CV) 4.2V hingga arus
pengisian kurang dari 0.02 CA (44mA).
·
Waktu Pengisian Standar: Sekitar 3.0 jam.
·
Arus
Pengosongan Kontinu Maksimum: 3CA (6600 mA atau 6.6 A).
·
Arus
Pengosongan Puncak (Pulse Discharge Current): 5CA (11 A) selama 10 detik.
·
Impedansi Internal: Kurang dari 60 mΩ (pada 1000 Hz setelah pengisian
standar).
·
Rentang Suhu
Operasi:
o
Pengisian: 0∘C hingga 45∘C.
o
Pengosongan:
−20∘C hingga 60∘C.
·
Penyimpanan
Jangka Panjang (lebih dari 3 bulan): Direkomendasikan pada suhu −20∘C hingga +40∘C dengan kelembaban rendah dan tanpa
gas korosif.
·
Siklus Hidup (Cycle Life): Kapasitas ≥80% dari kapasitas
nominal setelah 300 siklus (pada pengosongan 0.5C).
10. OLED
0.96” Display
Modul Display OLED (Organic
Light-Emitting Diode) 0.96 inci dari seri ER-OLEDM0.96-1 adalah perangkat
tampilan elektronik berukuran kecil yang menggunakan teknologi OLED untuk menghasilkan
gambar. Berbeda dengan LCD yang memerlukan lampu latar terpisah, setiap piksel
pada display OLED memancarkan cahayanya sendiri, memungkinkan warna hitam
sejati, kontras tinggi, sudut pandang lebar, dan konsumsi daya yang efisien.
Fungsi utamanya adalah sebagai antarmuka visual kompak untuk menampilkan
informasi digital berupa teks, angka, atau grafis sederhana dalam berbagai
aplikasi perangkat elektronik berukuran kecil seperti wearable devices,
perangkat IoT, peralatan medis portabel, atau proyek mikrokontroler.
Gambar 2. 16 OLED 0.96” Display
Prinsip
kerjanya melibatkan lapisan tipis bahan organik yang terletak di antara dua
konduktor. Ketika arus listrik dilewatkan melalui lapisan-lapisan
organik ini, mereka memancarkan cahaya. Setiap piksel terdiri dari sub-piksel
yang dapat memancarkan cahaya merah, hijau, atau biru (atau variasi
monokromatik seperti putih/biru), dan intensitas cahaya dapat dikontrol secara
individual. Karena sifat self-emissive ini, modul OLED dapat mencapai tingkat
kontras yang luar biasa dan respon yang cepat, menjadikannya pilihan ideal
untuk tampilan berukuran kecil namun berkualitas tinggi.
Karakteristik Spesifikasi Modul Display OLED 0.96 inci
(Berdasarkan Datasheet):
· Tipe
Display: Passive Matrix OLED.
· Ukuran
Display: 0.96 inci (diagonal).
· Warna
Display (Color): Monokrom (Datasheet umum menyebutkan opsi warna seperti putih,
biru, kuning, atau kombinasi dua warna, tergantung varian).
· Jumlah
Piksel: 128 x 64 dot.
· Driver
IC (Controller IC): SSD1306 (ini adalah chip yang mengendalikan piksel-piksel
display).
· Antarmuka
(Interface): Mendukung beberapa antarmuka, yaitu:
o
I2C (Inter-Integrated Circuit) - (Ditambahkan pada REV
2.0).
o
SPI (Serial Peripheral Interface).
o
8-bit 6800/8080 parallel.
o
Tergantung pada konfigurasi modul spesifik.
· Tegangan
Suplai VDD (Logic Supply Voltage): 1.65V hingga 3.3V (nilai tipikal 3.0V).
· Tegangan
Suplai VCC (Panel Display Supply Voltage): 7.0V hingga 16.0V (nilai tipikal
7.5V atau 12.0V, bergantung pada konfigurasi).
· Suhu
Operasi: -40$^{\circ}C$ hingga 80∘C.
· Suhu
Penyimpanan: -40$^{\circ}C$ hingga 85∘C.
· Duty
Ratio (Siklus Tugas): 1/64 duty (ini mengacu pada bagaimana baris-baris piksel
diaktifkan secara bergantian).
· Ukuran
Modul (Dimension): 24.7×24.7×1.4 mm (tergantung varian).
· Ukuran
Area Aktif (Active Area): 21.74×10.86 mm.
· Ukuran
Piksel (Pixel Size): 0.15×0.15 mm.
· Pitch
Piksel (Pixel Pitch): 0.17×0.17 mm.
11. Panel
Surya 1.1 Watt (5V 220mA)
Panel surya 1.1 Watt (5V 220mA) adalah
sebuah perangkat semikonduktor yang berfungsi sebagai konverter fotovoltaik,
mengubah energi cahaya matahari langsung menjadi energi listrik. Panel ini
umumnya berukuran kompak, dirancang untuk aplikasi daya rendah seperti
pengisian daya perangkat elektronik kecil, menyalakan lampu LED portabel, atau
menyuplai daya untuk sensor dan mikrokontroler dalam proyek-proyek DIY dan IoT.
Gambar 2. 17 Panel Surya 1.1 Watt (5
V 220 mA)
Prinsip kerjanya didasarkan pada efek
fotovoltaik: ketika foton (partikel cahaya) dari sinar matahari menabrak
material semikonduktor (umumnya silikon) di dalam sel surya, mereka melepaskan
elektron dari atom. Struktur sel surya, yang terdiri dari lapisan semikonduktor
tipe-p dan tipe-n yang membentuk sambungan p-n, menciptakan medan listrik
internal. Medan
listrik ini mengarahkan elektron yang terbebas untuk bergerak dalam satu arah,
membentuk arus listrik searah (DC).
Semakin kuat intensitas cahaya matahari, semakin banyak
foton yang menabrak sel, dan semakin besar pula jumlah elektron yang
dilepaskan, sehingga menghasilkan arus listrik yang lebih tinggi. Panel 1.1
Watt ini berarti mampu menghasilkan daya listrik hingga 1.1 Watt pada kondisi
pencahayaan standar, dengan tegangan operasi nominal sekitar 5 Volt dan arus
sekitar 220 mA, menjadikannya sumber daya terbarukan yang praktis untuk
berbagai kebutuhan energi berskala kecil.
Karakteristik Spesifikasi Umum Panel Surya 1.1 Watt
(5V 220mA):
·
Daya Maksimum (Pmax): 1.1 Watt
·
Tegangan Operasi Optimal (Vmp): Sekitar 5.0 Volt
·
Arus Operasi Optimal (Imp): Sekitar 220 mA
·
Tegangan Sirkuit Terbuka (Voc): Umumnya 6.0 - 7.2 Volt
·
Arus Hubung Singkat (Isc): Umumnya 230 - 250 mA
·
Tipe Sel: Polikristalin atau Monokristalin (tergantung
produsen).
·
Efisiensi: Cukup baik untuk ukuran panel kecil.
·
Dimensi: Berukuran kompak, bervariasi tergantung desain,
biasanya sekitar 110 mm×60 mm.
·
Penggunaan: Ideal untuk proyek DIY, pengisian daya
baterai kecil, atau menyuplai perangkat berdaya rendah.
12. Kabel
tunggal
Kabel tunggal adalah kabel listrik yang
terdiri dari satu konduktor kawat padat atau serabut, dilapisi isolasi,
berfungsi menyalurkan arus dari satu titik ke titik lain dalam berbagai
instalasi. Prinsip kerjanya sederhana: konduktor logam beresistansi rendah
menyediakan jalur aliran elektron, sementara isolasi mencegah korsleting dan
menjaga arus tetap pada jalurnya, dengan kemampuan penyaluran arus dan keamanan
dipengaruhi luas penampang serta jenis isolasinya.
Gambar 2. 18 Motor 9 Volt
Karakteristik Spesifikasi Umum Kabel Tunggal:
·
Tipe Konduktor: Kawat padat (solid) atau serabut
tunggal (stranded).
·
Material Konduktor: Umumnya Tembaga (Copper).
·
Material Isolasi: PVC (Polyvinyl Chloride) adalah yang
paling umum.
·
Ukuran Penampang (Gauge): Dinyatakan dalam mm² (misal:
1.5 mm², 2.5 mm²), menentukan kapasitas arus.
·
Tegangan Nominal: Tegangan kerja maksimum yang
diizinkan (misal: 450/750 V).
·
Suhu Operasi Maksimum: Suhu tertinggi yang dapat ditahan
isolasi (misal: 70∘C).
·
Fleksibilitas: Rendah (untuk solid) hingga sedang
(untuk stranded).
·
Standar: Memenuhi standar keamanan listrik
nasional/internasional.
13. Kabel
Serabut
Kabel serabut adalah kabel listrik yang konduktornya
tersusun dari banyak untaian kawat halus, dilapisi isolasi. Fungsinya vital
dalam aplikasi yang membutuhkan fleksibilitas tinggi dan ketahanan terhadap
tekukan berulang, seperti pada perangkat portabel atau kabel bergerak. Prinsip
kerjanya serupa kabel tunggal dalam menyalurkan listrik, namun konstruksi
serabutnya memberikan keunggulan fleksibilitas. Isolasi melindungi konduktor
dari korsleting dan bahaya sentuhan, sementara kapasitas arus ditentukan oleh
luas penampang total serabutnya.
Gambar 2. 19 Kabel Serabut
Karakteristik
Spesifikasi Kabel Serabut:
- Tipe Konduktor: Serabut
(stranded).
- Material Konduktor: Umumnya
Tembaga.
- Material
Isolasi: PVC, Silikon, atau Karet.
- Ukuran
Penampang (Gauge): Ditentukan dalam mm² atau AWG, menentukan kapasitas
arus.
- Tegangan Nominal: Tegangan
kerja maksimum yang diizinkan (misal: 450/750 V).
- Suhu
Operasi Maksimum: Suhu tertinggi yang dapat ditahan isolasi (misal: 70∘C).
- Fleksibilitas:
Tinggi, tahan tekukan dan getaran.
- Standar: Memenuhi standar
keselamatan dan kualitas yang berlaku.
14. LED
LED (Light Emitting Diode) adalah perangkat
semikonduktor yang menghasilkan cahaya ketika arus listrik melewatinya. LED
terdiri dari bahan semikonduktor yang memiliki dua terminal, yaitu anoda
(terminal positif) dan katoda (terminal negatif). Ketika arus listrik mengalir
melalui LED, energi listrik tersebut merangsang elektron-elektron di dalam
bahan semikonduktor, yang kemudian menghasilkan cahaya.
Gambar 2. 20 LED
Karakteristrik spesifikasi LED berdasarkan
Datasheet :
·
Tegangan
Maju (Vf): Tegangan minimum yang diperlukan agar LED dapat menyala. Biasanya
berkisar antara 1.8V hingga 3.3V, tergantung pada warna LED.
·
Arus
Maju (If): Arus maksimum yang dapat dialirkan melalui LED tanpa merusaknya.
Biasanya berkisar antara 10mA hingga 30mA.
·
Intensitas
Cahaya (Luminous Intensity): Jumlah cahaya yang dipancarkan oleh LED, biasanya
dinyatakan dalam millicandela (mcd).
·
Panjang
Gelombang (Wavelength): Menentukan warna cahaya yang dipancarkan oleh LED.
·
Sudut
Pandang (Viewing Angle): Sudut di mana cahaya LED dapat terlihat dengan jelas.
15. Charger
Module (TP4056)
Charger Module TP4056 adalah sebuah modul pengisi daya
baterai Li-ion single-cell (satu sel) yang ringkas dan efisien, dibangun di
sekitar chip TP4056. Modul ini berfungsi untuk mengisi ulang baterai
lithium-ion atau lithium-polimer dengan aman dan optimal, melindungi baterai
dari kondisi pengisian berlebih atau arus balik. Prinsip kerjanya menggunakan
algoritma pengisian daya CC/CV (Constant Current/Constant Voltage), yang
merupakan metode pengisian standar untuk baterai Li-ion. Pada tahap awal, modul
memberikan arus konstan ke baterai hingga tegangan baterai mencapai 4.2V.
Setelah mencapai 4.2V, modul beralih ke mode tegangan konstan, di mana tegangan
dipertahankan pada 4.2V sementara arus pengisian secara bertahap menurun. Proses pengisian akan berhenti secara otomatis ketika
arus pengisian turun di bawah ambang batas tertentu (biasanya sekitar 1/10 dari
arus pengisian awal), menandakan baterai sudah terisi penuh. Modul ini juga
sering menyertakan fitur perlindungan terhadap pengosongan berlebih dan arus
berlebih (overcurrent) melalui chip pengaman tambahan, meskipun fitur dasar
pengisian saja sudah cukup untuk banyak aplikasi.
Gambar 1.16 Charger Module (TP4056)
Karakteristik Spesifikasi Charger Module (TP4056) -
Berdasarkan Datasheet TP4056 IC:
·
Tegangan Input: Umumnya 4.5V hingga 5.5V (disarankan 5V,
biasanya dari USB).
·
Tegangan Pengisian Penuh (Float Voltage): 4.2V
(presisi ±1% atau ±1.5%).
·
Arus Pengisian (Charge Current): Dapat diprogram dari
100mA hingga 1000mA (1A) menggunakan resistor eksternal.
·
Algoritma Pengisian: Pengisian arus konstan/tegangan
konstan (CC/CV).
·
Indikator Status Pengisian:
o
LED merah/biru (atau sejenisnya) untuk indikasi
pengisian (charging).
o
LED hijau/biru (atau sejenisnya) untuk indikasi penuh
(charged).
·
Perlindungan Baterai (Built-in pada IC TP4056):
o
Pengosongan Otomatis (Automatic Recharge): Mengisi
ulang baterai saat tegangannya turun di bawah batas tertentu (misal 4.0V).
o
Soft-Start: Membatasi arus inrush saat pengisian
dimulai.
o
Proteksi Suhu (Thermal Regulation): Mengurangi arus
pengisian jika suhu chip terlalu tinggi.
·
Fitur Tambahan (Tergantung Implementasi Modul):
o
Beberapa modul TP4056 juga menyertakan sirkuit
proteksi baterai terpisah (misalnya chip DW01A + MOSFET) yang menyediakan
perlindungan dari pengosongan berlebih (over-discharge), arus berlebih
(over-current), dan hubung singkat (short-circuit).
·
Paket (Package): Tersedia dalam paket SOP-8 (TP4056 IC
itu sendiri).
·
Konsumsi Arus Rendah: Modul memiliki konsumsi arus
siaga (standby current) yang rendah.
16. Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi
untuk menghambat aliran arus listrik dalam suatu rangkaian. Prinsip kerja
resistor didasarkan pada hukum Ohm, yang menyatakan bahwa arus listrik (I) yang
mengalir melalui suatu resistor sebanding dengan beda potensial atau tegangan
(V) yang diterapkan pada resistor tersebut, dan berbanding terbalik dengan
nilai hambatan (R) resistor tersebut.
Gambar 2. 22 Resistor
Komentar
Posting Komentar